ETHICAL AND LEGAL CONSIDERATIONS IN THE MANAGEMENT OF NON-TRAUMATIC SURGICAL EMERGENCY PATIENTS


info-image
 

PENGANTAR

Komunikasi ini sengaja dijadikan forum pendidikan bagi para dokter spesialis bedah

Alasannya :

1 Pengertian dan penguasaan bidang etika, perilaku , dan hukum dalam praktek bedah menjadi kebutuhan mendesak ;

2.Pasien dan masyarakat makin banyak mengetahui seluk beluk praktek kedokteran ;

3.Organisasi profesi perlu lebih aktif mendidik anggotanya agar dapat memenuhi persyaratan yang diminta oleh KKI.

 

Pasien sebagai Individu

Umpan balik dari fihak pasien sangat bermakna untuk memahami dan merencanakan setiap usaha untuk menolong pasien tersebut, sebagai dasar untuk menerapkan nilai kemanusiaan.

Dalam kepustakaan kedokteran ternyata para dokter spesialis bedah lebih lamban dalam memahami peran nilai kemanusiaan ini, dibandingkan dengan para dokter spesialis bidang lainnya.

Analisis kualitas hidup pasien setelah operasi besar jarang dilakukan, dibandingkan dengan tindakan yang lebih sederhana.

Kepustakaan kedokteran banyak menyediakan referensi untuk pendidikan dalam bidang, etika perilaku, dan hukum. Referensi yang dikutip untuk persentasi ini adalah:

Lynn M. Peterson (2005). Human Values in the Careofthe Surgical Patient. Archives of Surgery.     Analisis yang benar semestinya dapat dilakukan lebih baik, walaupun harus berhati-hati dalam mengkuantifikasi kualitas hidup karena adanya unsur subjektivitas, ambivalensi dan ambiguitas.Keengganan untuk mendengarkan keluhan dan penilaian pasien sering terjadi pada kasus bedah bentuk apapun; kenyataan ini memang mempunyai alasan yang baik.Penilaian keberhasilan dapat juga dipengaruhi oleh pendapat anggota tim bedah dan para anggota profesi kedokteran lain.Apapun yang menjadi dasar penilaian keberhasilan, yang utama adalah memperhatikan umpan balik para pasien dalam jumlah besar terhadap kinerja dokter spesialis bedah secara umum.

Para pasien lebih menghargai bimbingan dalam mengambil keputusan untuk hal-hal yang kritis (seperti dalam keadaan darurat), daripada informasi yang luas dan kemudian harus mengambil keputusan sendiri.

Informasi yang menyeluruh dan mendalam kadang lebih membingungkan, menakutkan, dan menghambat kemampuan rasional para pasien untuk mengambil keputusan.

     Informed consent dan pengambilan keputusan medis adalah hal utama lain untuk dapat memahami nilai kemanusiaan dalam pelayanan bedah.Doktrin hukum tentang informed consent telah berkembang secara tidak seimbang, ditinjau dari sudut nilai-nilai kemanusiaan yang dianjurkan dalam praktek kedokteran dan nilai-nilai legal yang ditetapkan oleh ajaran hukum.Latar belakang pengambilan keputusan dalam kedaruratan bedah non - traumatik adalah isu tentang kepercayaan pasien kepada dokternya yang menjalin hubungan dokter-pasien secara benar.

Para pasien sangat mempercayai dokter spesialis bedahnya jika hubungan dokter-pasien terbina secara baik dan wajar. Menurut doktrin ini, hukum menghendaki agar dokter menjelaskan tentang penyakit, tujuan pengobatan atau operasi, risiko yang terkait, dan alternatif yang ada sebagai pilihan terapi.Dalam hal ini, keputusan yang diambil bersama (oleh dokter dan pasien) adalah keputusan yang secara etis dan legal bersifat yang terbaik.Dalam masyarakat modernpun hubungan dokter-pasien yang baik tetap diperlukan untuk pengambilan keputusan dalam kedaruratan bedah

Pengambilan keputusan yang bersifat etis dalam praktek kedokteran ternyata lebih utama dan lebih berguna daripada pengambilankeputusan dalam rangka hukum.Memilih penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan sebagai titik sentral dalam praktek bedah berarti membantu para pasien untuk mengambil keputusan.Kenyataan yang kompleks yang menjadi latar belakang pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting, dan seorang dokter spesialis bedah diharapkan dapat melalui masa yang sulit ini setiap kali menghadapi pasiennya yang harus mengambil keputusan.

 

Dokter Spesialis Bedah

Pendidikan menjadi dokter spesialis bedah sudah banyak diatur oleh badan yang dikenal dengan kolegium, colleges, di banyak negara.

Pendidikan ini dibuat berdasarkan “kemauan baik” para senior yang merupakan penanggungjawab kolegium dalam menyusun standar pendidikan.Ini terjadi secara arbitratif.Ketrampilan dapat dilatihkan, walaupun kadang-kadang memerlukan waktu yang lama.Compassion biasanya sudah terbawa sebagai sifat asli seseorang; namun lingkungan yang mempunyai sifat yang “sesuai’’ dapat membuat seseorang berubah secara pelan-pelan.

Ada beberapa kategori kemampuan dokter spesialis bedah.

Pertama, yang memiliki kemampuan operasi yang unggul dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, namun kadang-kadang menempatkan para pasiennya dalam posisi yang berisiko.

Kategori yang lain, lebih memiliki pertimbangan yang dalam dan lebih reflektif, karena ada kemungkinan terdapat jawaban yang berbeda terhadap masalah yang sama.

Antara kedua ekstrim tersebut terdapat beberapa jenis karakter dokter spesialis bedah.

 

Pelatihan dan Penelitian

Etika untuk dokter spesialis bedah merupakan jawaban terhadap cara menyelesaikan masalah yang sarat dengan nilai-nilai kemanusiaan dalam pelayanan bedah.

Inilah yang merupakan dasar untuk menyusun agenda pelatihan dan penelitian yang perlu diberikan kepada calon dokter spesialis bedah.

Basis yang kuat terletak dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora dan penerapannya dalam program asuhan dan pelayanan pasien, sehingga kedua disiplin ini harus turut dimasukkan dalam agenda pelatihan dan penelitian.

Ada batas-batas yang aman yang harus disadari seorang dokter spesialis bedah dalam melakukan operasi tertentu.

Di luar batas itu, kemampuan dokter tersebut dapat dipertanyakan.

Yang biasanya mempertanyakan adalah para teman sejawatnya, atau para pasien uang mendengan cerita dari mulut ke mulut.

Metodologi penelitian kuantitatif dan kualitatif perlu diperkenalkan kepada calon dokter spesialis bedah.

Metodologi penelitian ini perlu dikembangkan dengan menggunakan survei pada pasien, interview kelompok- kelompok fungsional dalam sistem pelayanan pasien bedah, studi komparatif retrospektif dan prospektif, dan lainnya.

Para pasien juga dapat menilai kemampuan berkomunikasi yang baik, sifat dapat dipercaya, dan kejujuran.

Secara umum, para pasien mengharapkan dua sifat yang baik dari seorang dokter spesialis bedah: competent (trampil dan mampu melakukan operasi secara aman), dan compassionate (ramah, sopan, dan dapat memperlihatkan sikaD Dedulik

Kenyataan yang sekarang banyak dilihat adalah pengaruh internet yang dapat secara mudah digunakan oleh para pasien dan keluarganya terhadap jenis pelayanan yang terpusat pada pasien (patient-centered healthcare).

Para dokter juga mulai menggunakan email untuk saling berkonsultasi.

Organisasi profesi bedah juga perlu turut memikirkan dan bertanggungjawab untuk distribusi tenaga dokter spesialis bedah di dalam negeri secara menyeluruh, agar mampu memberikan sumbangan pendapat nyata kepada pembuat kebijakan negara.

Dalam kedaruratan bedah, unsur waktu memegang peran yang besar, sehingga semua keputusan untuk bertindak harus diambil secara cepat, tetapi tanpa mengurangi faktor nilai kemanusiaan seperti yang tercontohkan dalam presentasi ini.

 

2483

Dokter Bedah

52

Cabang